Atlantis

Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.
Peta Atlantis menurut Arysio Nunes dos Santos dalam bukunya Atlantis, The Lost Continent Finally Found terletak di Indonesia

Atlantis, Atalantis,[1] atau Atlantika[1] (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.[2]

Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan terkadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).


Catatan Plato

Lukisan Plato.

Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subyek diskusi dalam Hermocrates.

Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa),[3] catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.

Terjemahan Latin Timaeus, dibuat pada abad pertengahan.

Timaeus

Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah:

Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.[4]

Critias

Poseidon karya Bronzino (1503–1572).

Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.

Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan,[1] tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).

Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga berasal dari namanya, yang berari "Pulau Atlas".

Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).

Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.

Catatan kuno lainnya

Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.

Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis.[5] Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.[6] Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".[7]

Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica".[8] Marcellus masih belum diidentifikasi.

Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.[9]

Catatan Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, "kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος, "kota-Pertempuran"). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyebrangi samudra untuk menaklukan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.[10]

Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.[11]

Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine" (Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.[12]

Risalah Ibrani mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.[13]

Catatan modern

Peta menunjukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.

Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.

Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis. [14]

Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.

Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.

Selama akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua hilang" lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia), bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras pada Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce, pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923,[15] dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia, dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban berevolusi tinggi kuno, kini telah tenggelam, yang memiliki kapal dan pesawat tempur menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.

Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.

Ide Nasionalis

Konsep Atlantis menarik berhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras "Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".

Hipotesa terkini

Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.

Hipotesa lokasi

Citra satelit Santorini dari udara. Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai lokasi Atlantis.

Sejak Donnelly, terdapat lusinan - bahkan ratusan - usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.

Kebanyakan lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis.[16] Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003.[17] A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.[18]

Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi.[19] Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.[20]

Antarktika, Indonesia, dibawah Segitiga Bermuda,[21] dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India telah menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.

Lokasi yang diduga sebagai lokasi Atlantis adalah:

Ilustrasi Atlantis oleh Lloyd K. Townsend. Atlantis dalam seni, sastra dan budaya

Legenda Atlantis muncul dalam banyak buku, film, serial televisi, permainan video, lagu dan karya lainnya. Contoh Atlantis dalam film adalah serial televisi Stargate Atlantis dan film animasi Disney Atlantis: The Lost Empire. Permainan video pertama Tomb Raider menampilkan Atlantis sebagai basis cerita dan lokasi untuk akhir cerita.

Bahtera Nabi Nuh

Kisah seorang manusia, kapal, dan air bah pertama muncul di timur tengah. Area yang sama melahirkan agama Yahudi, Kristiani, dan Islam. Diceritakan dlm Al-Quran maupun Bible, catatan peristiwa bencana yg terjadi di awal sejarah manusia, tak lama setelah penciptaan.
Banyak yang tahu kisah ini dari kecil, kisah tentang murka Allah yg memutuskan membuat air bah besar yang akan menyapu semuanya. Kecuali satu keluarga yg dilihat Allah melakukan hal-hal yg baik, yaitu keluarga Nuh/Noah. Tapi seserius apa kita bisa menerima kisah Nuh dan bahteranya? Apakah benar-benar terjadi seperti kata kitab suci? Banyak orang ragu bahwa memang ada air bah dan sebuah bahtera. Tapi aku percaya kisah itu. Orang yang meragukannya, umumnya melihat dari tidak adanya bukti/petunjuk geologi mengenai pernah terjadinya musibah air bah yang bersifat global di masa silam. Jika demikian, bisakah kisah Nuh, bahtera dan air bah diterima secara harafiah?

Pertama kita mulai dengan usia orang-orang yg terlibat. Nabi Nuh misalnya, beliau berusia 500 tahun saat mendapat peringatan itu. Dan itu mendapat masalah bagi banyak pembaca modern. Usia orang-orang saat meninggal yang disebutkan dalam catatan Qur’an dan Bible adlh masalah yang tak biasa, karena bukan itu yang terjadi sekarang. Tapi bukannya tak bisa dipecahkan. Mungkin saat diciptakan manusia dimaksudkan utk hidup lama.

Tapi perubahan lingkungan terjadi dan mendadak orang mulai hidup lebih singkat. Tafsiran harafiah waktu dalam kitab suci memiliki sejumlah akibat menarik. Diantaranya yaitu memberi dasar untuk menghitung waktu penciptaan dan waktu untuk air bah Nuh. Pembuat perhitungan itu yaitu seorang Uskup Irlandia abad ke-17, James Ussher. Ia memperkirakan dunia diciptakan sekitar thn 4000 SM. Memakai tgl penciptaan, Ussher lalu menghitung tahun air bah itu. Kejadiannya tahun 2348 SM. M

enurut perhitungan kasarnya, sekitar 100 thn sebelum itu, Nuh menerima perintah Tuhan tentang cara ia dan keluarganya selamat dari air bah tersebut. Allah menyuruh Nuh membangun kapal yg sangat besar, sebuah bahtera. Dan perintah-Nya cukup terperinci. “Bahtera itu 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya, 30 hasta tingginya.” Hasta adl sepanjang lengan manusia dari siku ke ujung jari, 45 cm. Jika dimensi bahtera itu benar, berarti ini adl kapal kayu terbesar dlm sejarah dunia, keajaiban asli buatan manusia. Beberapa orang yakin kapal itu masih ada disuatu tempat, menunggu utk ditemukan.
Sekitar 100 thn terakhir, pemburu bahtera pergi ke Timur Tengah dan mendaki beragam gunung, mencari puncak tempat bahtera itu terletak.

Kitab suci tidak menunjukkan dimana bahtera itu terdampar, kita hanya berspekulasi bahwa bahtera itu mendarat di atas pegunungan Ararat. Ararat adl suatu wilayah kerajaan kuno bernama Uratu. Gunung Ararat merupakan suatu puncak tertinggi yg terletak di Turki timur. Karena pada artikel ini aku menekankan untuk membahas bagamana proses terjadinya musibah air bah Nabi Nuh, maka untuk pembahasan mengenai pemburuan bahtera Nuh.

Jadi bagaimana dengan badai dan air bah yang disebutkan dlm kitab suci? Adakah petunjuk yang bisa menegaskan catatan didalam dua kitab suci tsb?
Beberapa orang menganggap ada petunjuk mengenai air bah mendunia/global. Dari semua bencana alam yang menimpa orang jaman prasejarah, bencana air bah tampaknya paling meninggalkan kesan terbesar. Semua budaya di seluruh dunia memiliki mitos banjir besar. Mungkin ini satu-satunya mitos dunia sebenarnya yg kita miliki, dan mitos itu tersebar merata di Timur Tengah.

Ada satu cerita sangat serupa dengan catatan tentang Nuh. Epik Gilgamesh adalah cerita dari Mesopotamia, berasal dari sekitar tahun 2700 SM, millenium ketiga. Ditempat yang kini disebut sebagai Irak Modern, dulu dikisahkan ada sesorang, satu bahtera, beberapa burung, dan banyak binatang. Ada keluarga kandung dan seluruh umat manusia dibasmi, kecuali satu orang ini, kapalnya dan semua di dalamnya. Perbedaan utama antara kedua cerita ini adalah jika didalam kitab suci menekankan dimensi moral. Yaitu manusia dihukum atas dosa mereka.

Mungkinkah kedua Cerita ini muncul dari peristiwa yang sama? Ada cukup persamaan antara cerita di Alkitab tentang bahtera Nuh dan cerita mengenai Epik kepahlawanan Gilgamesh. Tak diragukan lagi keduanya berkaitan dan pusat kedua cerita itu ialah air bah. Didalam kitab suci, Nuh, keluarganya dan para hewan mengunci diri di dalam bahtera dan menanti badai yang dijanjikan itu datang. Mereka tak menunggu lama, setelah tujuh hari, datanglah air bah meliputi bumi. Hujan lebat meliputi bumi 40 hari dan 40 malam lamanya. Al-kitab menceritakan airnya naik setinggi 15 hasta, sekitar 6,6 meter. Air itu terus meninggi hingga menutupi seluruh daratan, bahkan gunung-gunung tertinggi. Selama 150 hari, bahtera itu mengarungi air.

Selama bertahun-tahun banyak teori dikemukakan oleh para penganut penciptaan untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya air bah Nuh itu terjadi. Menurut suatu teori, pada awal-awal penciptaan, saat Allah menciptakan langit dan memisahkan laut dari daratan, sebagian air terperangkap di bawah lapisan bumi. Dibawah tekanan, air itu ahirnya menyembur keluar.
Semburan panas meletus bersamaan diseluruh bumi dan menimbulkan air bah. Namun teori ini tidak dianggap serius oleh para geolog. Sebab, jika semua sumber air panas bawah tanah menyembur keluar, tidak akan pernah masuk akal untuk menghasilkan air sebanyak itu. Teori populer lainnya diajukan tahun 1960-an oleh Henry Morris dan Jhon Whitchomb. Mereka yakin sebelum air bah datang, ada tudung uap diatas atmosfer. Air bah dibawa saat tudung uap air ini entah bagaimana runtuh melalui mekanisme yang tak diketahui. Menurut para penganut penciptaan, tudung uap air ini memberi sumber paling tidak separuhnya dari keseluruhan air yang dibutuhkan untuk menghasilkan air bah tersebut. Tapi, ada sejumlah masalah dengan teori tersebut, terutama tekanan besar dari atmosfer yang sangat lembab.

Teori lainnya tentang dari mana air bah itu berasal, dikembangkan oleh Bruce Masse. Seorang ahli purbakala yang bekerja di Laboratorium Los Almost di New Mexico. Menurutnya air bah itu disebabkan oleh sesuatu dari luar angkasa. Ia mengatakan telah menemukan petunjuknya dalam mitos di seluruh dunia, termasuk didaerah asalnya sendiri. Orang Amerika asli pada umumnya memiliki legenda mengenai banjir besar, tiap kelompok suku memiliki legenda banjir terpisahnya sendiri. Kelompok-kelompok itu menurunkan sejarahnya secara lisan, namun unsur-unsur juga bertahan dalam seni mereka.

Pictograph atau seni batu misalnya, banyak yang menceritakan suatu kisah mengenai kehidupan mereka dimasa silam. Ini bukan hanya merupakan gambar yang sama sekali tak berarti, namun justru sebaliknya.

Masse khususnya tertarik pada suatu lambang yang umumnya ditemukan diseluruh wilayah Amerika Utara dan Selatan. Banyak kebudayaan Indian yang terkait dengan legenda air bah, biasanya dikaitkan dengan ular air, ular dengan hiasan bulu dikepalanya. Masse melihat tema umum pada citranya, makhluk panjang yang sering digambarkan bertanduk di kepala dan dikaitkan dengan sebuah banjir besar. Menurutnya, sangat mungkin ular bertanduk ini merupakan gambaran dari sesuatu obyek yang dilihat oleh pengukir batu di langit. Hal tak biasa yang banyak dikaitkan oleh manusia prasejarah dengan suatu bencana dasyat, apa lagi kalau bukan…komet.


Ancient Comet

Bila melihat komet, pasti kita juga bisa melihat ekor panjang-nya itu, mirip hiasan kepala pada ujung belakangnya atau bahkan mirip tanduk. Setidaknya itulah imajinasi masyarakat prasejarah. Berdasarkan mitologi, jelas ada suatu cerita mengenai suatu komet yang masuk ke atmosfer bumi yang ahirnya terhempas ke laut. Ada identifikasi bahwa kemunkinan situs tabrakan itu berada di 1448 km tenggara Madagaskar. Sekenario ini tidak mengada-ada.
Sebuah Komet selebar 3,2 Km memasuki tata surya dan mengarah langsung ke bumi. Komet itu menembus atmosfer dengan kecepatan 160 ribu km perjam dan menghantam samudera, pada saat itulah segalanya kacau balau. Hantaman ini menembakkan sejumlah air ke atas, mungkin 9-10 kali massa komet itu sendiri dan air terus naik hingga keluar atmosfer. Tabrakan seperti itu akan memiliki energi TNT sebesar 10 juta megaton atau setara dengan 500 juta kali energi yang terlepas dalam bom yang jatuh di Nagasaki! Hal itu tentunya akan melontarkan uap air berlebih ke atmosfer dan menimbulkan hujan yang sangat hebat selama 6-7 hari lamanya.

Tsunami raksasa di Samudera Hindia melanda pantai hingga 2400 km jauhnya dengan gelombang setinggi lebih dari 183 meter. Saat itu juga, badai siklon terjadi diseluruh bumi. Air yang jatuh dari langit bergabung dengan badai lautan dan membentuk bencana angin topan. Menjadikan suatu banjir raksasa yang menutupi bumi.
Dengan mempelajari peta astronomi dan memeriksa silang waktu saat komet lewat dekat bumi, Masse bisa membuat perkiraan terbaik tentang kapan tepatnya komet itu menabrak. Menurut datanya, tanggal 10 Mei 2807 SM memang ada komet yang menabrak bumi. Ia tak ragu bahwa ini terkait mitos seputar air bah di seluruh dunia, termasuk air bah Nuh.
Teori Masse cukup radikal, dan ia tahu bahwa para ahli astronomi meragukannya, tapi para geolog utama tak bisa menepisnya. Ini mungkin teori yang paling masuk akal, fakta bahwa mungkin disebabkan oleh bertemunya komet dan bumi. Kita tahu bahwa umumnya kawah besar terbentuk karena tabrakan meteor dan komet pada bumi. Bumi telah ditabrak sampai rusak sejak awal pembentukannya, dibombardir asteroid dan meteorid. Salah satu tabrakan mungkin adalah penyebab kepunahan Dinosaurus 65 juta tahun silam, dan tabrakan masih terjadi hingga sekarang.

Peristiwa bencana mungkin akan berdampak abadi pada budaya, semacam tradisi lisan seperti yang kita dengar 5000 tahun sesudahnya dalam bentuk cerita. Peristiwa dasyat semacam itu akan menciptakan sebuah mitos dan kita harus menjelaskannya. Mereka harus memberitahu generasi berikutnya bahwa hal buruk telah menimpa mereka dimasa silam, agar keturunan mereka tahu. Tapi, apa tepatnya yang mereka gambarkan?
Yup, jawabnya adalah mengenai bencana air bah dasyat yang menutupi seluruh bumi, dan Al-Qur’an maupun Bible mengisahkan peristiwa itu terjadi dalam cerita Nabi Nuh. Tapi pada umunya, geolog tak bisa mendapat petunjuk untuk mendukung teori itu. Geologi umum menegaskan bahwa bumi hampir seluruhnya tertutup air sekitar 500 juta tahun lalu, saat iklim jauh lebih hangat dari sekarang. Saat itu banyak fosil hewan laut yang kita temukan di puncak gunung saat ini setidaknya itu yang diyakini kebanyakan Geolog.

Namun sebenarnya, ada suatu tempat yang bisa membuktikan bahwa bumi memang benar-benar pernah diselimuti air bah mendunia, tempat itu adalah Grand Canyon. Bukti-buktinya ada pada karangnya. Grand Canyon menyingkap lapisan sedimen lebih banyak dari tempat manapun di dunia ini. Tampak banyak petunjuk yang menunjuk fakta bahwa ngarai di Grand Canyon terbentuk melalui bencana. di tempat tersebut, Fosil laut terkubur dalam lapisan dan bukan dalam cara yang homogen, fosil-fosil ini tersebar, terserak dan rusak. Ada suatu hal yang disepakati penganut penciptaan dan evolusi, bahwa ngarai di Grand Canyon dipahat oleh air. Fakta bahwa karang Grand Canyon umunya dibentuk oleh air, jika dilihat dengan pikiran terbuka, menunjuk pada banjir mendunia.

Dalam cerita, Nuh hanya dapat melihat air begitu badai mereda. Nabi Nuh mengirim burung merpati untuk memantau bumi, hingga 3 kali. DI kali ketiga, burung merpati itu tak kembali, jadi Nuh tahu kini bumi sudah aman untuk dihuni. Itu berarti Nabi Nuh keluar dari bahtera tiba di negeri yang belum pernah dilihatnya, jauh di sebuah pegunungan di suatu tempat. Tapi masalahnya, itu gunung yang mana? Menurut Arkeolog, Bob Cornuke, umumnya para pemburu Bahtera mencari di tempat yang salah. Ia tak percaya bahtera itu berada di Puncak Ararat, sebab ia pernah mengintarinya 2 kali dengan menaiki helikopter dan pesawat biasa. Dan ia tidak pernah melihat obyek apapun disana yang mirip dengan sebuah Bahtera. Lalu, dimana tempat yang benar?
Menurutnya, bahtera itu terletak di pegunungan Utara Iran. Cornuke telah melakukan 4 ekspedisi ke Iran, sekaligus menerima pelecehan yang biasa didapati oleh pemburu bahtera. Sebab orang akan sering ditertawakan bila mencari bahtera Nuh. Menurut Cornuke, ia memiliki petunjuk yang belum bisa diikuti siapapun, yaitu laporan insinyur Amerika yang melihat hal aneh di sebuah gunung di Iran tahun 1943 lalu. Pada ketinggian 3750 m tampak sebuah benda gelap yang luar biasa berbentuk sebuah bahtera disana, mencuat keluar dari sisi gunung.

Bukan berbentuk kotak besar seperti imajinasi kita akan bahtera Nuh, tapi lebih mirip bangunan yang sudah terbakar dan ada sisa-sisa hangusnya. Bahan dasarnya seperti kayu, tapi sangat berat hingga hanya sedikit contoh bisa dibawa untuk diuji. Lalu, apakah obyek luar biasa yang terletak di Pegunungan tersebut benar-benar sebuah bahtera? adakah sangkut pautnya dengan Kisah Nabi Nuh? dan apakah mungkin itu benar-benar merupakan bahtera Nabi Nuh yang selama ini banyak diburu itu? Tunggu perkembangan penelitian selanjutnya di http://www.ada-1.blogspot.com.


Jika Dimensi Bahtera Nabi Nuh benar, maka ini adalah kapal kayu buatan manusia terbesar dalam sejarah

Dari teori tudung uap air yang entah bagaimana runtuh , lalu teori air dalam tanah yang entah bagaimana menyembur keluar, sampai teori mengeni tabrakan komet disuatu tempat di samudera. Semua teori ini menawarkan penjelasan atas bencana banjir. Lalu teori manakah yang benar?
Bertahun-tahun, ahli purbakala mencari petunjuk mengenai bencana banjir besar di Timur Tengah, sesuatu yang bisa menegaskan catatan kitab suci mengenai kejadian tentang Nuh dan Bahteranya. Dan selama bertahun-tahun, hasilnya nihil. Lalu di tahun 1920-an, ahli purbakala bernama Leonard Woolley menemukan lapisan tebal endapat lumpur saat menggali kota kuno Ur yang berlokasi di Iraq. Ia kira disinilah petunjuk sebenarnya mengenai banjir global itu muncul. Namun hasilnya, tidak. Salah satu situs purbakala yang digali Woolley, ternyata hanya terjadi akibat banjir setempat, bukan merupakan banjir global. Tapi cukup drastis hingga ada puing sedalam 90 cm yang menyapu kota itu.
Lalu ditahun 1996, 2 Geolog tengah bekerja di lepas pantai Turki, disaolah satu perairan yang dianggap paling misterius di dunia. Suatu wilayah laut asin besar, selebar 1200 km dari timur ke barat….Black Sea/Laut Hitam. Bill Ryan dan Walter Pitman tengah memetakan topografi bawah airnya, dan mereka melihat sesuatu yang menarik. Suatu pantai, jauh dibawah permukaan. Ini menunjukkan bahwa ketinggian air dimasa lalu jauh lebih rendah.

Mereka menemukan sejumlah pantai, karena saat air menyusut akibat penguapan di kondisi jaman es yang sangat gersang meninggalkan garis pantai tua yang mirip noda-noda bak mandi dikedalaman 90-110 meter. Dan garis pantai terdalam yang berhasil ditemukan adalah sedalam 156 meter. Contoh isi dari dasar lautnya menunjukkan pada suatu waktu, bahwa dulunya Laut Hitam merupakan danau air tawar dan contoh inti juga menunjukkan perubahan mendadak dari remis air tawar menjadi remis laut. Pengujian menghasilkan bahwa semua molusca laut tampaknya muncul di semua kedalaman laut hitam pada saat yang bersamaan, 7600 tahun yang lalu. Jadi, sesuatu yang luar biasa pernah terjadi disini.

Yup, sesuatu yang luar biasa itu adalah banjir dengan skala besar, dan sangat mungkin terjadi akibat….Global Warming/Pemanasan Global. Di ahir zaman Es, jutaan ton air terkurung di es kutub. Tapi sungai es mundur dan es kutub meleleh, permukaan laut naik, termasuk laut mediterania. Air yang naik mencari tempat tujuan dan menemukan sisi lain dari tanah genting tipis disuatu lahan dimana danau air tawar besar menanti di daratan rendah. Hal ini berarti satu hal, hukum gravitasi akan mengambil alih. Air dari Mediterania mulai membuat saluran melalui Bosporus, mencari temapt yang lebih rendah. Begitu air saluran dibuat, air tertahan di Mediterania menerobos masuk, meyapu semua di jalurnya. Saluran yang terjadi perlahan-lahan kian dalam dan makin cepat alirannya, diperkirakan butuh 30-90 hari untuk membuat jurang air penuh. Pertanyaannya, apa ada yang melihat peristiwa penghancur bumi itu?

Menurut ahli purbakala Fred Hiebert, jawabannya ada. 10 ribu tahun yang lalu, saat Bosporus belum ada dan Laut Hitam masih merupakan danau air tawar, permukaannya jauh lebih rendah dibanding sekarang. Itu berarti area luas sekelilingnya ada;ah daratan kering. Area yang sangat bagus untuk dihuni pemburu atau petani purba. Masyarakat Neolitikum pasti mengalami sesuatu yang nyaris tak dapat mereka pahami. Sebuah laut berpindah ke laut lain melalui celah selebar beberapa mil, ini peristiwa yang sunggu menakutkan. Mereka pasti mendengar suara gemuruh itu dan tanah sangat mungkin bergetar hebat. Mungkin mereka merasakannya sejauh 100-200 Km, sejumlah energi yang sangat besar dan sangat luar biasa.

Air menggelora melalui Bosporus dengan kecepatan 96 km/jam dan melepas volume air 200 kali lipat dari air terjun Niagara. Siapapun yang tinggal dalam beberapa mil dari Bosporus pasti tersapu, sedangkan mereka yang tinggal lebih jauh alan melihat dunia mereka diubah oleh aliran air yang seolah-olah tak ada ahir. Jika tinggal dilembah sungai, orang pasti masuk jauh ke darat dari beberapa ratus meter sampai satu kilometer tiap harinya. Terus berlanjut, tiap hari lebih jauh ke darat, didepan air bah ini. Jika dugaan Pitman benar, hampir 5000 tahun berlalu antara masa air bah itu terjadi dan masa kenangan lama itu ditulis.

Jelas ada banjir buruk yang menutupi semuanya dan dimana saja. Dan itu mungkin menjadi penyebab munculnya legenda air bah. Peristiwa bencana seperti itu pasti terkesan meliputi seluruh dunia, karena mungkin orang membawa serta ceritanya saat bermigrasi. Dan mungkin cerita-cerita itu menjadi legenda air bah mesopotamia, lalu kisah Epik Gilgamesh dan Kisah Nabi Nuh. Pastilah banjir yang amat besar, bukan yang akan menutupi seluruh bumi tetapi menutupi sebagian besar daratan yang saat itu mereka ketahui. Wallahualam bi shawab.
Akhir kata, semua teori-teori yang telah aku uraikan diatas, merupakan teori-teori dari beberapa ilmuwan yang mencoba untuk menguak misteri bagaimana banjir Nabi Nuh itu terjadi. Mungkin teori-teori diatas sama sekali tidak ada yang dapat mewakili dari kejadian sebenarnya di masa silam. Sebab kita manusia, hanya mampu untuk mengajukan beberapa teori untuk mewakili penggambaran dari musibah-musibah besar itu terjadi.

Walaupun demikian, kita tidak perlu menjadi ragu. Sebab, firman Tuhan yang terlulis dalam kitab suci adalah benar. Mari kita jadikan peristiwa-peristiwa mengerikan itu sebagai penggambaran mengenai murka Tuhan yang dasyat dan nyata, yang menimpa nenek moyang kita dimasa silam. Murka Allah yang ditujukan bagi para manusia yang tidak mau patuh dan melalaikan perintah-Nya. Sebagai tambahan untuk mempertebal pondasi ke-imanan kita. insya’allah. (dipta)

KLIK DISINI UNTUK MELIHAT DAFTAR HONORER YANG DIANGKAT MENJADI CPNS FORMASI 2009

Comments are closed.